- Mahasiswa Kesmas Unsil Cegah Hipertensi dengan Gerobak Cirahong - June 1, 2023
- Atasi Hipertensi, Mahasiswa Kesmas Unsil Launching Program GRADASI - May 28, 2023
- Deteksi Ganguan Jiwa dengan Peluk Ketawa - May 24, 2023
Sabtu, 11 Maret 2023, dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) PPPKMI ke-35, peringatan kali ini mengusung tema “PPPKMI Kabupaten Semarang beraksi Melindungi Anak dari Stunting”. Kegiatan HUT tahun ini dilaksanakan di Dusun Tompak, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang yang melibatkan seluruh tenaga Promosi Kesehatan se-Kawedanan Ambarawa (Puskesmas Banyubiru, Jambu, Sumowono, Duren, Jimbaran, Bawen dan Ambarawa) dengan sasaran remaja putri yang ada di Posyandu Remaja Dusun Tompak.
Dalam kegiatan bakti sosial kali ini, kami PPPKMI Kabupaten Semarang melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan, dimana kegiatan pemeriksaan kesehatan ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan sebagai upaya deteksi dini jika memiliki masalah kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini meliputi pemeriksaan berat badan (BB), tinggi badan (TB), tekanan darah (TD), lingkar lengan (LILA), lingkar perut dan Haemoglobin (Hb).

Kami juga melaksanakan kegiatan Edukasi Gizi Pada Remaja. Masalah Kesehatan Remaja mengupas permasalahan seputar gizi dan kesehatan pada remaja tidak dapat dianggap remeh, karena dampaknya berpengaruh hingga jangka panjang. Pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan pertumbuhan merupakan hubungan integral. Khusus pada remaja putri, perhatian harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.
Persiapan ini penting karena remaja putri kelak akan menjadi calon ibu yang melahirkan bayi. Kesehatan bayi selama dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu sejak remaja. Jika ingin melahirkan bayi sehat dan kelak menjadi generasi penerus bangsa yang membanggakan, sejak remaja calon ibu harus membiasakan mengonsumsi makanan bergizi untuk mencegah anemia, masalah gizi yang paling sering dijumpai pada remaja.
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa anak-anak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 – 24 tahun. Tingginya aktivitas fisik dan aktivitas otak ditambah lagi dengan masa pertumbuhan yang sedang terjadi, harus dibarengi oleh konsumsi makanan yang cukup. Sering kali, pada usia remaja terjadi peningkatan nafsu makan yang besar.
Namun, sebetulnya tidak ada makanan yang tidak boleh dimakan, selama makanan itu memang sehat dan bergizi serta tidak berlebihan. Jika diibaratkan tubuh kita ini seperti gadget, asupan makanan adalah chargernya yang akan mensuplai energy ke baterai tubuh yang dikenal dengan kalori.
Ada 5 jenis makan yang perlu dikonsumsi remaja yaitu Karbohidrat yang merupakan sumber tenaga, protein yang merupakan zat pembangun, sayur sumber zat pengatur, buah sumber zat pengatur dan gula garam serta lemak yang merupakan zat tambahan dan konsumsinya dibatasi.
Dalam kegiatan edukasi ini juga disertai dengan pembagian leaflet tentang bahaya Anemia pada remaja. Antusias remaja untuk berpartisipasi dalam diskusi ini tinggi. Remaja mengeluarkan segala macam permasalahan yang selama ini mereka temui. Dalam diskusi ini pula diselingi dengan ice breaking untuk mengurangi rasa jenuh dan bosan dari para peserta.

Selain itu juga dilaksanakan Pembagian Tablet Tambah Darah (TTD). sebagai salah satu langkah penanganan anemia pada remaja putri. Pemberian tablet tambah darah juga untuk mempersiapkan kesehatan remaja putri pada saat sebelum menjadi seorang ibu, mencegah melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR).
Dengan minum TTD secara rutin, diharapkan mampu mengurangi potensi anemia dan lahirnya bayi dalam keadaan stunting dari para ibu di Indonesia, sehingga terciptanya generasi muda dan generasi penerus yang sehat serta mampu berdaya saing dapat terbentuk dengan maksimal.
Kegiatan ini ditutup dengan minum TTD bersama sebagai bagian dari Remaja Beraksi Cegah Stunting.
Mengapa Remaja Putri?
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita karena kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Hal ini salah satunya disebabkan oleh kualitas kesehatan anak-anak dan remaja yang kurang mendapatkan asupan gizi seimbang juga remaja putri (rematri) yang mengalami anemia karena kekurangan zat besi.
Namun dibandingkan remaja putra, remaja putri (rematri) berisiko lebih tinggi mengalami anemia. Salah satu alasannya karena remaja putri (rematri) mengalami menstruasi setiap bulannya. Rematri rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah pada saat menstruasi. Rematri yang memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan pesat sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat serta diet yang kadang keliru di kalangan rematri.
Remaja putri yang menderita anemia berisiko mengalami anemia saat hamil. Hal ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak.

Harapan saya melalui kegiatan ini semoga bisa mengubah perilaku masyarakat terutama remaja dalam menjaga kesehatannya sehingga tujuan dari Remaja Beraksi Cegah Stunting dapat terwujud. Selain itu pula sebaiknya kegiatan seperti ini tidak hanya sekali saja tetapi bisa dilakukan secara berkesinambungan dengan menggandeng lintas sektor yang ada.
Selamat Ulang Tahun PPPKMI yang ke-35!
“Mustahil ada inovasi di Indonesia jika tidak ada sumber daya manusia yang unggul”
BJ Habibie