Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki populasi unik dan spesifik perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat di dalamnya terdapat generasi muda yang perlu dipersiapkan bukan hanya dalam hal kognitif dan intelektual saja, melainkan juga fisik dan kesehatannya. Kesadaran akan pentingnya aspek kesehatan di pesantren memperlihatkan geliatnya pada saat kemunculan Pandemi COVID-19 lalu, disaat yang sama pesantren dihadapkan dengan kebimbangan antara tetap melangsungkan kegiatan pembelajaran dengan risiko menjadi kluster penularan atau menutup sementara dengan konsekuensi salah satu aspek pembelajaran di pesantren yakni learning to live together tidak terpenuhi.
Pada saat itu, Kluster COVID-19 dari pesantren mulai bermunculan, menurut Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama ada 70 pesantren yang terlapor menjadi kluster COVID-19, 4.400 santri terpapar dan 750 ulama meninggal akibat wabah ini hingga berujung pada diberhentikannya izin operasional beberapa pondok pesantren. Dengan keterbatasan sumber daya, fasilitas, serta informasi, pesantren harus siap menghadapi pandemi. Meskipun sudah berlalu bukan berarti permasalahan kesehatan di pesantren sudah usai.
Kondisi Triple Burden Disease dengan adanya penyakit infeksi baru yang muncul, penyakit infeksi lama yang belum teratasi, penyakit tidak menular yang meningkat, hingga potensi outbreak bukan tidak mungkin dihadapi oleh komunitas pesantren di waktu mendatang. Oleh karenanya, upaya pencegahan dan mitigasi perlu dilakukan. Salah satunya dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia pesantren yang memiliki literasi yang mumpuni terkait permasalahan kesehatan. Sehingga mampu mengolah dan menyaring informasi yang mereka peroleh dengan baik ditengah gempuran arus informasi yang semakin deras akibat berkembangnya sistem digital.

Meskipun pesantren sangat terkenal dengan kebijakan ketatnya terkait penggunaan informasi, komunikasi, dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Namun sejak pandemi COVID-19, telah terjadi pergeseran untuk lebih menerima sistem yang serba digital. Transformasi ini telah mendorong komunitas pondok pesantren untuk berselancar lebih jauh, mengakses info lebih banyak, dan mendapatkan manfaat lebih dari sistem ini. Namun alih alih dapat mendatangkan manfaat, ketika arus informasi digital tidak disertai dengan bekal pengetahuan dan ilmu yang cukup justru akan menjadi bumerang dengan maraknya hoax yang tersebar, informasi tidak valid, serta fakta yang dilebihkan sehingga bisa menjadi sebab kesalahan dalam mengambil keputusan keputusan terkait permasalahan kesehatan.
Impressive Santri bekerja sama dengan Young Experts Tech for Health menyelenggarakan “Workshop Literasi Kesehatan Digital Santri” pada Sabtu, 13 Mei 2023 di Hotel Quest Semarang. Acara ini dihadiri ratusan santri, mahasantri, maupun pengurus pondok pesantren yang berasal dari Semarang dan sekitarnya.
Acara ini dihadiri oleh Narasumber, para pakar kesehatan, diantaranya Dr. Ratih Sari W, akademisi dari Universitas Muhammadiyah Semarang, Eny Rachmani, Ph.D dari Udinus, praktisi kesehatan dari BPJS, Dinas Kesehatan Kota Semarang, Serta DTO dari Kementrian Kesehatan RI. Selain mendapatkan materi, peserta juga terlibat aktif dalam studi kasus maupun Focus Group Discussion (FGD) yang membahas masalah kesehatan di pesantren yang berkembang di era digital. Di akhir acara peserta mengikuti simulasi terkait pemanfaatan pelayanan kesehatan berbasis digital diantaranya Telemedicine, JKN Mobile, aplikasi OKY serta aplikasi Satu Sehat Mobile.
Melalui acara ini diharapkan para santri maupun pengurus yang turut berpartisipasi dapat menjadi motor penggerak dalam upaya literasi kesehatan digital yang berbudaya di pesantren masing masing dan di lingkungannya mengingat pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan sekaligus elemen yang menyatu dan memiliki peran penting di masyarakat.
