Tuberkulosis (TBC) saat ini masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang menyerang semua siklus hidup manusia, mulai dari bayi dan balita, anak-anak, remaja, usia produktif, hingga lansia. Indonesia menempati peringkat kedua di dunia untuk kasus TBC. Pengobatan dan penanggulangan untuk mencapai eliminasi TBC di Indonesia harus melibatkan kerjasama yang kuat dari seluruh sektor, salah satunya dari masyarakat dan keluarga pasien.
Gejala TBC
Beberapa gejala yang harus diwaspadai yang dapat menjadi indikator seseorang menderita TBC yaitu batuk parah yang berlangsung selama 3 minggu atau lebih, nyeri dada, batuk berdarah, penurunan berat badan, demam, berkeringat di malam hari, sering merasa lelah, dan tidak nafsu makan. Apabila seseorang telah menunjukkan gejala tersebut, diharapkan dapat segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan dan mendapatkan pengobatan.
Pengobatan TBC
Pengobatan TBC yang diberikan oleh fasilitas kesehatan saat ini adalah dengan pemberian OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang biasanya diberikan dalam jangka waktu minimal 6 bulan. Pengobatan TBC terdiri atas dua fase, yaitu fase intensif selama 2 bulan dan fase lanjutan selama 4 bulan. Pemantauan minum OAT pasien TBC dan perkembangannya harus terus dipantau, baik oleh tenaga kesehatan maupun keluarga pasien.
Pemantauan perkembangan pasien selama minum OAT dapat dilakukan dengan pengecekan dahak secara berkala, pemantauan berat badan dan kondisi wajah pasien (apakah pucat atau tidak), dan secara berkala menanyakan gejala yang dialami oleh pasien. Keluarga pasien juga memiliki peran yang penting dalam perkembangan pengobatan pasien TBC, yaitu dengan mengawasi pasien selama minum OAT agar tidak lupa minum obat dan menghindari terjadinya putus minum obat yang mengakibatkan ketidaktuntasan pengobatan.
Peran Masyarakat dalam Penanggulangan TBC
Sebagai masyarakat umum, beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk kontribusi dalam penanggulangan TBC yaitu dengan mencari informasi dan mengedukasi diri sendiri dan orang terdekat mengenai penyebab, gejala, dan pencegahan TBC; menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat; jangan mudah percaya terhadap mitos dan informasi yang salah; melawan stigma dan diskriminasi TBC; dan memberikan dukungan asupan gizi bagi pasien TBC yang sedang menjalani pengobatan.
Melalui kerjasama yang kuat dari berbagai sektor dan kepedulian masyarakat terhadap TBC, diharapkan Indonesia dapat mencapai eliminasi TBC tahun 2030. Mari bersama atasi permasalahan TBC dimulai dari diri sendiri. TOSS TBC! Temukan TBC, Obati, Sampai Sembuh!
Sumber:
https://www.who.int/indonesia/news/events/tb-day/tb-day-2024
https://www.cdc.gov/tb/signs-symptoms/index.html
https://sobattb.id/article/tahu-tb-apa-saja-peran-masyarakat-dalam-penanggulangan-tbc
https://ayosehat.kemkes.go.id/tahukah-kamu-pencegahan-tbc-dapat-dimulai-dari-diri-sendiri
Artikel ini telah direview oleh:
Ari Sriyanti, S.KM.
Petugas Promkes UPTD Puskesmas Culamega Tasikmalaya
UPTD Puskesmas Culamega Tasikmalaya
Jl. Gubernur Sewaka No. 2, Desa Cintabodas, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 46188
02657584